Fatherless memberikan dampak terhadap psikologis anak. Fenomena fatherless terjadi jika sosok ayah tidak hadir dalam kehidupan anak baik secara fisik atau psikologis. Anak sejatinya tidak hanya membutuhkan sosok Ibu, namun Ayah juga sosok yang dibutuhkan seorang anak. Namun fenomena Fatherless ini cukup besar terjadi di Indonesia. Faktanya, Indonesia menjadi urutan ke tiga di dunia sebagai negara dengan anak-anak tanpa ayah atau fatherless terbanyak.
Dilansir dari cnnindonesia.com, Menurut Retno Listyarti selaku Komisioner Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Fatherless didefinisikan sebagai anak yang bertumbuh kembang tanpa kehadiran ayah, atau anak yang mempunyai ayah tapi ayahnya tidak berperan maksimal dalam proses tumbuh kembang anak dengan kata lain pengasuhan.
Idealnya anak dibesarkan dengan sosok Ayah dan Ibu. Perbedaan peran Ayah dan Ibu membantu dalam tumbuh kembang dan perkembangan karakter anak. Peran Ayah seharusnya dapat menjadi pelindung, contoh pemimpin, penyokong materi dan model keteladanan bagi anak-anaknya.
Penyebab fatherless beranekaragam dari ketiadaan sosok Ayah dikarenakan mencari nafkah dan bepergian ke luar kota, perceraian, dan lain sebagainya. Berikut dampak yang terjadi jika dibesarkan tanpa sosok Ayah atau fatherless dikutip dari Siti Maryam Munjiat :
- Anak cenderung minder dan rendah diri serta sulit adaptasi dengan dunia luar. Sebab keterlibatan ayah dalam mengasuh mempengaruhi cara pandang anak terhadap dunia luar yang membuatnya cenderung lebih kokoh dan berani.
- Anak memiliki kematangan psikologis yang lambat dan cenderung kekanak-kanakan.
- Anak cenderung lari dari masalah dan emosional saat menghadapi masalah.
- Kurang bisa mengambil keputusan dan ragu-ragu dalam banyak situasi yang membutuhkan keputusan cepat dan tegas.