Mengenal Disiplin Positif dan Manfaatnya untuk Anak

Memiliki anak yang disiplin menjadi salah satu hal yang diinginkan oleh para orang tua. Berbagai cara dan pola pengasuhan dilakukan dengan harapan dapat menjadikan anak yang disiplin. Sayangnya, pola pengasuhan dan pendekatan yang dipilih terkadang justru memberikan dampak negatif pada anak karena hanya berfokus pada “kedisiplinan” tanpa memperhatikan hal-hal lainnya seperti kesehatan mental anak. Kata disiplin sering diidentikkan dengan “kekerasan” sehingga untuk menjadikan anak yang disiplin harus menggunakan cara-cara yang keras. Mendisiplinkan anak dengan kekerasan memiliki kemungkinan keberhasilan yang tinggi. Namun, kekerasan yang dilakukan dapat memberikan dampak negatif kepada anak seperti luka batin, permasalahan emosional, stres, perilaku menyimpang, dan bahkan rendahnya self esteem anak.

Disiplin positif adalah pendekatan pengasuhan yang mengajarkan dan membimbing anak untuk dapat berperilaku dengan baik, dengan tetap menghormati hak-hak mereka yaitu hak untuk berkembang dengan sehat, mendapat perlindungan dari kekerasan, dan partisipasi dalam pembelajaran mereka. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mencapai disiplin yang efektif, yaitu anak-anak dapat merasakan koneksi dengan orang tua, adanya rasa saling menghormati, dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang, membekali anak keterampilan sosial dan membangun kemampuan pribadi yang mumpuni pada anak.

Dalam menerapkan disiplin positif, terdapat empat komponen yang harus diperhatikan yaitu (1) Mengidentifikasi tujuan pengasuhan anak jangka panjang. Dalam hal ini memiliki gambaran anak seperti apa yang kita inginkan akan membantu kita untuk mengidentifikasi tujuan pengasuhan anak jangka panjang, (2) Memberikan kehangatan dan struktur. Anak akan belajar lebih baik dalam suasana yang hangat yaitu ketika anak merasa dihormati, dipahami, dipercaya, aman dan dicintai. Selain itu, terpenuhinya informasi yang mereka butuhkan, pemberian bantuan yang bersifat konstruktif untuk mencapai tujuan mereka, dan pemahaman akan aturan dan alasannya akan membantu anak untuk belajar disiplin dengan lebih baik, (3) Memahami apa yang anak rasakan dan pikirkan. Sebagai orang tua, seringkali merasa bahwa harapan kita tidak sesuai dengan kemampuan anak hingga membuat kita berfikir bahwa anak kita sulit untuk diatur. Padahal hal tersebut seringkali disebabkan karena pemikiran ataupun kepercayaan kita yang salah. Oleh sebab itu, membangun relasi yang hangat dengan anak sangat penting untuk dilakukan sehingga anak tidak malu ataupun takut untuk bercerita kepada orang tua dan orang tua akan lebih mudah untuk mengetahui apa yang anak rasakan dan pikirkan, (4) Penyelesaian masalah. Dalam perkembangannya anak seringkali menemukan masalah ataupun kesulitan dan memerlukan bantuan orang tua untuk penyelesaiannya. Penyelesaian yang dilakukan yaitu melalui proses pemecahan masalah yang hangat dan rasional bukan dengan hukuman.

Orang tua harus memiliki batasan yang jelas dan tegas, mampu mengkomunikasikannya dengan baik, serta menekankan bahwa setiap tindakan memiliki dampak dan konsekuensinya masing-masing. Konsekuensi lebih efektif daripada rasa sakit, ketakutan, rasa malu, atau hinaan. Konsekuensi harus memberikan anak kesempatan untuk dimaafkan. Selain itu, konsekuensi yang dibuat harus berhubungan dengan jenis pelanggarannya. Terdapat dua jenis konsekuensi yaitu konsekuensi logis dan konsekuensi natural. Salah satu contoh dari konsekuensi logis adalah ketika anak mencoret-coret tembok, maka anak harus membantu orang tua untuk membersihkan tembok.

Penelitian mengenai implementasi praktik disiplin positif menunjukkan bahwa strategi disiplin positif mendapatkan hasil yang signifikan. Brigman & Campbell (2003) menyatakan bahwa anak akan memiliki sedikit atau bahkan tidak sama sekali permasalahan disiplin ketika kondisi psikologis mereka stabil dan bebas dari stres serta permasalahan sosial. Disiplin positif akan membantu anak untuk menjadi disiplin tanpa perlu menggunakan kekerasan yang justru akan menyebabkan stres pada anak. Adanya peraturan yang jelas dan tegas dan rasa saling menghormati antara orang tua dan anak, akan membantu untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis, sikap yang positif, dan kinerja yang lebih baik.

 

Penulis: Pradnyandari Aulia Rahma, S. Pd.

Referensi:

Brower, S. M. (1980). Coordination: What It Is and How To Do It. Journal of Career Development, 6(4), 274–278. https://doi.org/10.1177/089484538000600403

Nelsen, Jane. (2006). Positive discipline . New York: Ballantine Books.

St. Paul, M. (2009). Positive Discipline: A Guide for Parents. 64. https://www.childrensmn.org/images/family_resource_pdf/027121.pdf

Tshewang, C. (2022). Outcomes of Positive Discipline on Student’s behaviors. Rabsel, 23(1), 1–13. https://doi.org/10.17102/rabsel23.1.10

Tag : #parenting #disiplin #artikelparenting #alazhar 

Popular Artikel
Mengenal Disiplin Positif dan Manfaatnya untuk Anak
Memiliki anak yang disiplin menjadi salah satu hal yang diinginkan oleh para orang tua. Berbagai car..
Meneladani Uwais Al Qarni Sang Penduduk Langit
Islam selalu mengajarkan dan memberikan sosok yang patut diteladani di setiap zaman. Salah satu soso..
HABITUASI SEBAGAI AJANG BERBENAH DIRI
Tanggungjawab bagi seseorang yang beragama tentu bisa menjalankan kewajiban atas dirinya sendiri, sa..