HABITUASI SEBAGAI AJANG BERBENAH DIRI

Tanggungjawab bagi seseorang yang beragama tentu bisa menjalankan kewajiban atas dirinya sendiri, salah satunya adalah sholat, bagi orang islam. Ibadah sholat merupakan ibadah yang penting dibiasakan karena di dalamnya selain terdapat aspek ritual dan aspek sosial, juga mejadi bagian dari pembinaan karakter atau moral. Kegiatan sholat merupakan bentuk pembiasaan keagamaan dengan tujuan untuk membentuk kepribadian atau karakter seorang siswa. Karena dengan melakukan pembiasaan-pembiasaan sesuatu yang baik pada dirinya maka siswa akan senantiasa untuk mencoba berinteraksi dan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik yang coba diterapkan pada dirinya

Dalam beragama, khususnya umat Islam, sholat merupakan komponen penting. Ibadah sholat merupakan ibadah yang penting dibiasakan karena di dalamnya selain terdapat aspek ritual dan aspek sosial, juga mejadi bagian dari pembinaan karakter atau moral. Sholat secara ritual menuntut manusia untuk senantiasa menciptakan keharmonisan antara Allah dan manusia. Sedangkan secara sosial, sholat mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa menjauhi larangan-Nya dan melaksanakan perintah-Nya.

Pembiasaan dalam sebuah kegiatan biasa disebut sebagai habituasi. Habituasi atau pembiasaan merupakan proses penciptaan situasi yang memungkinkan para peserta didik di mana saja membiasakan diri untuk berperilaku sasuai nilai dan telah menjadi karakter pada dirinya, karena telah diinternalisasi dan dipersonifikasi melalui proses itervensi.

Kegiatan pembiasaan sholat berjamaah sudah banyak diterapkan di banyak sekolah termasuk di Pekalongan, hal ini sudah menjadi  budaya di setiap sekolah. Menurut Anita Nur Afifah dalam penelitiannya,  kegiatan sholat merupakan bentuk pembiasaan keagamaan dengan tujuan untuk membentuk kepribadian atau karakter seorang siswa. Karena, dengan melakukan pembiasaan-pembiasaan sesuatu yang baik akan dirinya maka siswa akan senantiasa untuk mencoba berinteraksi dan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik yang coba diterapkan kepadanya.

Istilah Habituasi secara singkat dapat dipahami sebagai penciptaan kondisi yang di manapun anak didik berada terbiasa melakukannya. Istilah ini berangkat dari pandangan terhadap pendidikan. Ganong W (1998) menganggap bahwa ilmu pengetahuan menjadi pemahaman sementara (hipotesis gold) atau hanya sekadar lewat apabila ‘tidak dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari atau dalam kehidupan nyata. Bahkan, ilmu pengetahuan bisa menjadi tidak bermanfaat sama sekali apabila anak didik tidak pernah menggunakan pengetahuannya tersebut selama hidupnya. Dari sanalah kemudian tercipta asumsi ilmu pengetahuan memiliki tiga macam jenis; bersifat mutlak teoritis, bersifat mutlak praktis atau muamalah, dan pada satu sisi teoritis sedangkan pada sisi yang lain bersifat praktis.

Dalam Munifah, Ganung W. mengatakan bahwa ilmu pengetahuan tidak boleh hanya bergerak pada sisi tekstual saja, akan tetapi harus mulai dikontekstualkan dan diaktualissikan. Ilmu pengetahuan harus menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi satu sama lain dan alam sekitar, serta membawa perubahan yang penting. Contoh dari pada habituasi ini adalah, pengetahuan anak mengenai “praktik beribadah dalam agama” maka, dalam hal ini anak didik dibiasakan untuk melaksanakan kegiatan ibadah di sekolah, di rumah maupun di luar. Ilmu yang didapat anak ini langsung dipraktikkan dalam kehidupan nyata. (Munifah. 2020)

Secara sistemtis, Muchlas Samani (2011) menyatakan, bahwa habituasi adalah proses menciptakan kondisi dan situasi (persistence life situation) yang mengondisikan anak didik untuk bisa melaksanakan atau membiasakan diri untuk berperilaku sesuai nilai ilmu pengetahuan tersebut sampai lupa bahwa yang dilakukan adalah suatu ilmu pengetahuan, pada kenyataan inilalh ilmu pengetahuan tersebut menjadi habituasi karakter. Dengan ini, sisi moral dan karakter yang ada pada setiap pembelajaran atau pelajaran harus dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Implementatif pada kegiatan habituasi bisa dilakukan melalui beberapa pendekatan. Pertama, pendekatan berbasis kelas. Kedua, pendekatan berbasis budaya sekolah. Kegiatan berbasis kelas biasanya berupa kegiatan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, menjaga kebersihan, menghayati Pancasila, dan lain sebagainya. Tujuannya tidak lain adalah untuk menanamkan karakter religius dan moralitas didukung oleh kepedulian terhadap lingkungan.

Sedangkan kegiatan berbasis budaya sekolah adalah bertutur sapa ketika papasan, menerapkan 5S (salam, senyum, sapa, sopan, dan santun), Upacara, Adiwiyata, dan kegiatan keagamaan seperti Shalat dan berdoa. Kegiatan ini bersifat wajib dan kontinue sehingga bisa membudaya dan menjadi sebuah kebiasaan. Pendidikan karakter pada tingkat institusi akan mengarah pada pembentukan budaya sekolah yang tetap, yaitu nilai-nilai yang didasari oleh sikap, kebiasaan,tradisi dan bahasa-bahasa simbolis oleh masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, pelaksanaan kegiatan habituasi semacam ini harus didukung penuh oleh semua pihak utuk saling terkait dan saling mengingatkan  dan memberi suri tauladan secara konsisten bagi peserta didik.

Secara bahasa, Sholat diartikan sebagai doa. terdapat dalam surat at-Taubah. Sholat dari Allah bermakna pujian, rahmat dan pengampunan, dari Malaikat bermakna doa dan permohonan ampunan (istighfar), dan dari orang mukmin bermakna doa. Sebagian dari ulama Hanafiyah mengartikan Sholat sebagai sebuah nama untuk perbuatan (gerak tubuh) yang diketahui, seperti berdiri, ruku dan sujud. Dapat disimpulkan bahwa sholat berjamaah adalah kegiatan dalam bentuk ibadah kepada Allah yang mengandung ucapan dzikir disertai dengan gerakan tubuh atau rukun tertentu yang memiliki syarat sah, dilaksanakan pada waktu tertentu yang diawali dengan niat dan diakhiri dengan salam yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam satu tempat dan satu waktu.

            Dalam pelaksanaan pembiasaan sholat berjamaah ini nantinya siswa mampu menerapkan beberapa nilai yang dapat diambil dalam pelaksanaan program habituasi sholat berjamaah sebagai sarana latihan untuk menjalankan perintah Allah SWT, juga mendidik siswa untuk menjadi disiplin, baik disiplin dalam belajar maupun disiplin pada tata tertib sekolah, untuk melatih peserta didik lebih teratur dan terarah dan mendisiplinkan diri dalam menjalankan ibadah. Selain itu, dalam pelaksanaannyapun tidak terlepas dari campur tangan guru dalam membimbing dan menertibkan siswa. Guru sebagai role model siswa di sekolah, sehingga guru berperan penting dalam proses berkembangnya siswa menuju generasi gemilang. Guru menjadi salah satu faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan habituasi sholat berjamaah.

Penulis: Faizatul Khoeriyah, S.Pd

REFERENSI

Afifah, Anita Nur. 2020. Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan Kegiatan Keagamaan  Pada Peserta Didik Di SD Muhammadiyah Purwokerto Utara. Purwokerto: IAIN Purwokerto.

Harisah, Afifuddin. 2018. Filsafat Pendidikan IslamPrinsip Dan Dasar Pengembangan, Yogyakarta: CV Budi Utama.

Kobandaha, Firmansah. 2017.  Pendidikan Karakter Melalui Pendekatan Habituasi. Gorontalo: Irfani.

Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi. 2013. Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara.

Nata, Abuddin. 2015. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Munifah. 2020. Rekonsepsi Pendidikan Karakter Era Kontemporer. Bandung: CV Cendekia Press.

Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syafril dan Zelhendri, 2017.  Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Depok: Kencana.

Tim Redaksi Sinar Grafika. 2007. Undang-Undang Sistem Penidikan Nasional (Nomor 20 Tahun 2003), Jakarta: Sinar Grafika.

Widodo, Hendro. 2019. Pendidikan Holistik Berbasis Budaya Sekolah. Yogyakarta: UAD Press.

 

 

Tag :  

Popular Artikel
Mengenal Disiplin Positif dan Manfaatnya untuk Anak
Memiliki anak yang disiplin menjadi salah satu hal yang diinginkan oleh para orang tua. Berbagai car..
Meneladani Uwais Al Qarni Sang Penduduk Langit
Islam selalu mengajarkan dan memberikan sosok yang patut diteladani di setiap zaman. Salah satu soso..
HABITUASI SEBAGAI AJANG BERBENAH DIRI
Tanggungjawab bagi seseorang yang beragama tentu bisa menjalankan kewajiban atas dirinya sendiri, sa..